Rententan peristiwa kejahatan seksual pada anak yang menghiasi media hari hari ini, menyatakan begitu tersembunyinya TKP peristiwa, padahal bangunan berada di tempat fasilitas public, yang setiap waktu dilewati orang.
Bau peradaban kolonial pada bangunan pendidikan sekolah, asrama, pesantren dan lembaga serupa telah meninggalkan berbagai persoalan, terutama menguasai peserta didik.
Meski kurikulum pendidikan, visi misi pendidikan tiap transisi kekuasan berubah. Namun tak mampu menghentikan kekerasan seksual didalamnya.
Spirit pendidikan yang berniat merubah karakter, transfer nilai, merdeka belajar, transaparansi, akuntabilitas tidak serta merta dirasakan dampaknya oleh peserta didik.
Berbagai peristiwa kekerasan, kejahatan di dalam, mudah terjadi. Seperti yang terjadi pada kekerasan seksual di Jakarta Utara, dukungan bagi pelaku, bisa memanggil dan menguasai 15 siswa, yang satu demi satu di cabuli, menyatakan situasi bangunan pendidikan sangat mendukung para pelaku kejahatan dan kekerasan.
Dengan besarnya angka kejahatan seksual di pendidikan. Sudah saatnya bangunan kolonial, design sekolah kolonial, yang design polanya ada di rata rata semua sekolah Indonesia. Harus di tata ulang Kemendikbud dan Kemenag.
Tinggalkan bangunan kolonial, bangun peradaban di sekolah kita. Sudah terlalu lama terbiarkan bangunan seperti itu. Jamannya peradaban, karakter, tata nilai, transparansi, akuntabilitas, semangat teknologi, harusnya menjadi spirit bangunan sekolah kita. Runtuhkan pendidikan yang masih berbau kolonial.
Generasi Emas akan tercermin bagaimana sekolah memperlakukan generasi emasnya. Karena tak perlu ada yang di sembunyikan dari sekolah, pendidikan dan transfer value peradaban.
Padahal Indonesia menyatakan lagi perang dengan Industri Candu, yang didalamnya ada paparan pornografi, paparan kekerasan, narkoba, judi online, minuman keras, game berbau kekerasan. Namun tak senada dengan kenyataannya, satu demi satu korban terus berjatuhan didalam Gedung yang berbau kolonial tersebut.
Sehingga ketika kementerian punya program sebagus apapun, tapi kultur kerja dan bangunannya tidak berubh. Maka kita tanpa sadar, pendidikan terus melindungi para predator. Sudah bukan saatnya lagi, bangunan kolonial itu melindungi para predator seksual.
Salam Hormat,
Jasra Putra
Wakil Ketua KPAI
CP. 0821 1219 3515