KPAI menyambut baik program Net Zero 2022 Pemda DKI yang merupakan bagian dalam rangka dunia mencapai Net Zero Emossion 2050. Bahwa keresahan dunia kepada isu perubahan lingkungan, penting melakukan langkah strategis dalam rangka menahan laju kerusakan lingkungan, dengan intervensi di sumber edukasi dunia yaitu lembaga pendidikan. Cara pandang ini menjadi penting dalam rangka mengurangi dampak perubahan iklim dan menjadi generasi yang berperan aktif dalam mengurangi dampak bencana kehidupan, dengan 27,4 persen siswa dari total penduduk, yang sekarang duduk di bangku SD, SMP, SMA.
Menjawab perubahan iklim dengan terus berinovasi, beradaptasi dengan kemajuan digital dan terpenuhinya energi alternative di masa kini, telah mengubah generasi Z dan generasi millennial dalam memaknai kebutuhan dunia belajarnya. Mereka lebih mengharapkan ruang digital yang lebih terbuka tidak hanya sekedar di hadapan gadget mereka, insfrastruktur sekolah yang mampu menjawab cara belajar dan bekerja cepat ini sangat dinanti Generasi Z kita. Yang menuntut aksesibiltias, akomodasi yang lebih layak, integratif serta berdampak luas, dalam rangka menjawab kemampuan mereka yang tak terbatas.
Dalam asesement KPAI kepada anak anak yang mengalami bullying atau perundungan, sampai akhirnya mereka berhadapan dengan hukum, kebanyakan mereka terlepas pengasuhan bertingkat karena berbagai sebab, akibat tidak terselamatkan di keluarga, kemudian mereka berpindah ke lingkungan namun juga tidak terselamatkan, dan pertahanan terakhir lembaga pendidikan. Yang di saat bersamaan kehilangan figur pelindung terdekatnya dalam memenuhi penyaluran keinginan, potensi, bakat dan minat, tidak ada tempat yang mampu menjadi solusi. Akibatnya terlantar dalam waktu yang sangat panjang.
Mereka lebih terisi dengan jebakan disrupsi digital, disrupsi pandemi dan disrupsi informasi. Karena itu hal yang paling mudah dan tersedia luas untuk didapatkan melalui gadget dan pergaulan. Yang berakibat lahirnya kekerasan demi kekerasan lainnya, di lingkungan terdekat sekolah, seperti bullying, tawuran, perundungan, kekerasan, bahkan yang kita lihat hari ini kekerasan antar pelajar, antar kelompok pelajar dalam satu area yang berdekatan, tidak jauh. Konflik itu terbawa ke rumah dan menjadi kelompok kelompok atau genk, yang mengeras dan berakhir tawuran sampai meninggal. yang kita lihat hari ini.
Untuk itu harusnya program Net Zero 2022 Pemda DKI harus segera berjalan dalam menjawab kebutuhan generasi Z dan generasi millennial kita yang tidak bisa di tunda lagi. Bagi saya konsep Net Zero ini kan sebenarnya sudah menjadi tren dimana mana, dalam pembangunan yang ramah lingkungan dalam rangka mengurangi emisi karbon dan pemanfaatan recycle, reuse dan reduce, seperti pada pembangunan green building, healthy building, karena lebih banyaknya menghabiskan waktu dan aktifitas di dalam gedung, termasuk sekolah, apalagi sekolah berasrama dan sekolah yang dieslenggarakan agama agama, seperti pesantren, seminari, boarding school dan yang serupa.
Fokus pembangunan gedung sekolah ini sangat memperhatikan adanya ruang terbuka hijau, membuka ruang seluas luasnya, penggunaan energy alternatif yang baru dan terbarukan. Yang dalam program Dinas Pendidikan DKI ini dimaknai sebagai taman belajar yang menyenangkan.
Hal ini menjawab penanganan tawuran pelajar di masa itu, yang di selenggarakan TNI Polri dalam mempertemukan sekolah sekolah yang tawuran, dengan membawanya ke konsep ruang terbuka, hijau seluas luasnya, menjauhkan dari daerah lingkungan penyebab konflik mereka. Begitupun para aktifis interfaith ketika mengenalkan peace living di lembaga pendidikan, akibat sekolah yang berkonflik akibat anak anak dijebak dalam pemahaman agama yang salah, yang kemudian beruntut kekerasan, dan diskriminasi pelajar yang dianggap minoritas atas nama agama. Artinya bagaimana jebakan jebakan formalitas rutinitas beban pendidikan, informasi yang tidak layak anak, dan stigma generasi digital ini, di lepaskan sejenak, di refleksikan dan di relaksasikan. Dan saya kira program ini cukup berhasil. Hanya ketika kembali ke sekolah, justru kembali lagi, karena sekolahnya yang belum berubah.
Untuk itu bila konsep ini di bawa ke sekolah, tentu semangat pendidikan akan meminimalkan konflik, membongkar formalitas, yang otomatis akan tercipta kondisi keakraban, kolaborasi, harmoni para siswa. Apalagi bila dihilangkan sekat sekat pendidikan yang berada dalam satu kawasan. Karena kita tahu persoalan lahan menjadi persoalan utama program Net Zero 2022 ini dalam mengusung peradaaban pendidikan yang lebih berorientasi pada pertumbuhan manusia, bukan pertumbuhan formalitas yang semakin ketat dan gedungnya yang sangat terbatas.
Untuk itu memang ada kebutuhan dalam menjawab kondisi sekolah sekarang di Indonesia, sudah harus di revitalisasi total, dalam menjadi prasyarat perubahan dan tuntutan dunia pendidikan ditengah perubahan iklim yang beradaptasi dengan mendukung lingkungan, SDM dan kearifan lokal. Sudah saatnya pembatasan dengan alasan bisnis as usual pendidikan harus mulai ditinggalkan, terutama sekat sekat fisik pendidikan. Sebenarnya program Zonasi sekolah kalau kita baca, juga mempunyai semangat senada.
Hal ini menjadi prasyarat utama, daam menyiasati secara maksimal dalam membuka taman belajar, yang berkonsep ruang terbuka hijau, ruang terbuka belajar, memperluas kawasan hijau, menyerap energy alternatif dan energy positif, dan memindahkan ruang digital gadget ke ruang eksistensi yang terbuka yang lebih luas di lingkungan sekolah. Memenuhi eksistensi dan presentasi perkembangan pesat generasi digital. Tidak lagi pusat informasi sekolah hanya sekedar mading. Tetapi dengan pemanfaatan teknlogi digital, CCTV yang tidak hanya berorientasi pengawasan peserta didik tetapi menuju pada motivasi pembelajaran dan partisipasi aktif kemauan belajar, mengenali energy alternatif dan diversifikasi kemanfaatan, serta pusat informasi digital yang tidak lagi hanya mading dan pengeras suara,
Agar pusat pembelajaran dirasakan semua siswa dan inklusif, setara, tanpa sekat, bahkan mereka bisa bertemu antar tingkatan. Memanfaatkan potensi secara maksimal. Sehingga sekolah penting memindahkan generasi digital yang berada di ruang gadget masing masing menjadi memperlihatkan aktifitas dan eksistensinya gadgetnya di ruang yang lebih luas, dalam rangka menciptakan motivasi pembelajaran, menciptakan keramahan, dan menjauhi anak dari hutan rimba gadget yang tidak memliki keberpihakan dan perspektif melindungi tumbuh kembang anak, didalam pengembangan program Net Zero ini kedepan.
Saya kira pilihan generasi belajar kita sudah mengarah ke aktifitas ekonomi, bisnis dan enterpreunership. Konsep ruang belajar dan ruang kerja yang masih disusun sekat dan kelas sudah ditinggalkan generasi Z (SD, SMP, SMA), karena apa yang ditugaskan guru, sudah tersedia semua di media yang mereka pakai, jadi pendidikan lebih ditangkap kehadiran guru secara formalitas saja.
Bahkan ketika generasi millennial (masa transisi remaja) ada fenomena ruang kerja yang mulai ditinggalkan, mereka tidak membutuhkan kelas atau kantor untuk bekerja. Mereka lebih dominan dengan penggunaan gadget yang distimulasi berbagai platform start up dalam memaksimalkan potensi dan sumber terdekat, sehingga ekonomi kreatif tumbuh pesat. Mau tidak mau jebakan formalitas, dengan konsep sekoah yang menuntut kehadiran, formalitas guru dan nilai, menjadi perlu di rekonstruksi ulang, kita tidak bisa lagi melihat angka putus sekolah karena alasan ekonomi, tetapi juga angka putus sekolah ditambah dengan perubahan belajar yang disebut generasi sekarang terlalu ketinggalan jaman, tidak layak, tidak beradaptasi. Karena mereka telah menemukan keilmuwan yang sama di tempat lain, Bahkan lebih menyukai ilmu terapan yang berbau vokasional, yang menantang dengan energy mereka yang tidak terbatas, sehingga memenuhi inovasi dan kreatifitas. Saya kira jika pemerintahan DKI ingin melepas sekat, ya kesini arahnya.
Pemerintahan DKI Jakarta juga masih dalam memenuhi pemerataan akses pendidikan, karena masih ada 165 kelurahan belum memiliki SMA, 89 kelurahan belum punya SMP dan 16 kelurahan belum punya SD. Artinya konsep baru ini bisa dipercepat. Pentingnya sekolah seimbang, antara pendidikan formal dan vokasional, pendidikan di dalam dan pendidikan diluar, karena bagi mereka prestasi itu tidak hanya di pelajaran formal, tetapi meliputi semua proses tumbuh kembang yang menemukan pentingnya belajar, baik yang dikenal dengan pendidikan formal, maupun pendidikan vokasional, yang sebenarnya semua sudah diakui sebagai setingkat, tidak berbeda. Sebagaimana pendaftaran Zonasi sekolah yang juga sudah bergerak kearah sana yang berpinsip pemerataan dan inklusifitas. Karena di dua sisi pendidikan itu, mempersyaratkan peserta didik menambah kemampuan, keilmuwan dan adaptasi yang baik. Karena kebutuhan belajar, bekerja dan sumber energi bisa di siasati dari rumah, diversifikasi yang dikembangkan. Untuk itu sekolah perlu lebih dalam menfasilitasi diluar itu.
Kebutuhan pasar, dari generasi pendidikan sekarang jgua sedang berbicara produktifitas ekonomi digital, dan sayangnya masih dominan diisi gamers,game ketangkasan, dan penggunaan digital dalam menjawab tugas tugas pendidikan formal. Namun masih dianggap sedikit bermotif ekonomi dalam pemenuhan eksistensi diberbagai bidang yang disukai anak, yang seharusnya mereka mendapatkan pembelajaran dari ini, hanya insert dari lembaga pendidikannya yang masih sedikit, karena mau tidak mau lembaga pendidikan kita yang akan tergeser dalam memenuhi kebutuhan belajar sekarang, karena mereka lebih merasa tertantang dan produktif disana,
Potensi digital pada generasi produktif ini, di sampaikan Kementerian Perdagangan bahwa pada tahun 2030 akan tumbuh 8 kali lipat menjadi 4.531 T. Artinya mau tidak mau produktifitas sekolah ke arah sana, dan saya kira penting sekolah dengan konsep Net Zero berbasis pemanfatan energy alternative, ramah lingkungan, teknologi digial terus berproses.Tetapi sekali lagi, tantangannya adalah memang mengisi informasi yang layak anak ditengah disrupsi digital, disrupsi pandemi dan disrupsi informasi kepada generasi,
Namun ditengah disrupsi ini secara pasti generasi digital kita masuk ke perilaku digital yang berdampak ekonomi, dalam pemenuhan tuntutan eksistensinya, oleh karena itu akan sejauh apa pendidikan membekali ini, akan sejauh apa pendidikan memandu ini, akan sejauh apa transfer transfer nilai di selipkan dalam perkembangan ini, yang menjadi percepatan untuk Indonesia dalam memajukan kesejahteraan pendidikannya. Karena semangat generasi kita ada disini, Itu yang menjadi tantangan dalam proses terus menerus dalam program Net Zero 2022.
Salam Hormat
Jasra Putra
Kadivwasmonev KPAI
CP. 0821 1219 3515