KPAI: Evaluasi Pemasangan APK, Karena Sudah Meminta Nyawa


Perhelatan pemilihan calon pemimpin bangsa 2024 menelan korban anak. Dari traking berita di google, kita langsung dengan mudah membaca berita anak menjadi korban, atau ayahnya menjadi korban, atau ibunya menjadi korban, bahkan menimpa satu keluarga.

KPAI menyampaikan belasungkawa sedalam dalamnya kepada korban meninggal, semoga keluarga mendapatkan santunan, penggantian, perhatian dan pendampingan. Karena tentu tidak mudah ditinggalkan secara mendadak. Bagi keluarga yang mengalami luka, semoga mendapatkan jalan pemulihan terbaik, dan mendapatkan hak hak nya yang telah hilang atas peristiwa APK jatuh menimpa warga, tabrakan dan kecelakaan.

Kita bisa membayangkan ketika mereka menjadi korban, bagaimana dengan tanggungan hidup yang dibawa korban. Tentu membawa kerugian yang sangat mendalam.

Dari Kepolisian Kebumen AKBP Rocky melaporkan Rabu (10/1/2024) seorang siswi dalam rute pulang sekolah, harus merenggang nyawa karena tertimpa Alat Peraga Kampanye.

Sebenanrya masih banyak lagi kisah peristiwa APK yang merugikan ruang publik. Yang kita tahu, disetiap urusan tersebut, hak anak paling tertinggal. Padahal harus ditanggung mereka jangka panjang.

Memang BMKG menyampaikan kondisi cuaca sedang mengalami perubahan yang perlu diantisipasi, seperi hujan lebat dan angin kencang.

Sebenarnya jauh jauh hari sebelumnya, di setiap pemerintah daerah memiliki aturan, tentang pemasangan reklame dan media informasi di ruang publik, namun dengan menjamurnya APK yang tidak memperhatikan aturan standard keamanan dalam aturan tersebut. Menyebabkan korban terus berjatuhan sampai hari ini. Seperti tutup mata, membiarkan APK tanpa standar keamanan, sesuai aturan yang telah tertulis dan memiliki dampak hukum yang berat ketika tidak dipatuhi. Karena terkait keamaman ruang publik.

KPAI melihat, janganlah persoalan APK (spanduk, baliho) dianggap sepele. Karena resikonya kematian. Dan kita tahu tidak ada standard keamanan kalau memperhatikan aturan yang telah baku dalam pemasangan reklame dan media informasi publik.

Kita juga mencata, Bahwa sejak Oktober , APK atau Alat Peraga Kampanye telah meminta korban. Kemudian Aturan pemilu dan sangsi, dalam melihat anak sebagai korban pemilu, masih dijawab dengan persoalan administratif. Padahal dampaknya panjang untuk anak. Seperti kejiwaannya, kehilangan orang tua. Ada juga peringatan BMKG tentang perubahan cuaca ekstrim yang harus diantisipasi, hal ini menandakan tidak ada APK yang memenuhi standar keamanan, di kondisi cuaca seperti ini

Selanjutnya meski pemerintah daerah memiliki atuaran pemasangan reklame dan media informasi diruang public, namun seperti tidak berlaku untuk APK

Sebenanrya Kementerian Lembaga dan peserta Pemilu pada November baru saja menandatangani 11 point Pemilu Ramah Anak, namun memang belum masuk point soal keselamatan anak dari APK.
Apa yang dialami anak sebagai dampak Pemilu, tidak bisa dianggap sepele, ini persoalan yang akan dibawa jangka panjang, karena pendidikan partisipasi kita, tidak konsisten diajarkan secara baik dan bertahap hingga anak dewasa.

Artinya ke depan, generasi politik trauma ini, akan tiba masuk ke salah satu wadah partai politik yang diwakili partai. Mereka akan membawa traumanya masing masing sejak kecil.

Sehingga persoalannya bukan partai apa, atau masuk ke partai siapa, namun trauma itu sudah dibawa, yang akan melahirkan kebencian dan kekerasan dalam pemilu.

Jangan sampai dampak pandemi dengan menjamurnya APK meninggalkan penderitaan jangka panjang, pada anak anak, kehilangan nyawa, kehilangan jiwa dan kehilangan orang tua. Padahal Pemilu hanya 5 tahun sekali, sedangkan untuk jangka panjang kepedulian kita sangat terbatas. Tetapi anak anak harus memanggulnya selama hidup sampai dewasanya kelak.

Dulu saat saya pengawasan pemilu, kita disaksikan anak meninggal karena diajak ikut menolak hasil pemilu, sekarang anak (tidak langsung diajak) tapi juga meninggal, karena APK. Artinya penyelenggara pemilu dan semua pihak yang ikut terlibat harus memiliki perspektif lebih luas dalam melihat dampak pemilu pada anak.

Bicara tingkat keamanan APK, dan kondiai cuaca yang sewaktu waktubeksteim, sehungga membahayakan bagi siapa saja yang lewat. Ini bicara jangkauan APK yqng sangat luas. Mulai dari kota, desa, dusun, pelosok, bukit, gunung, laut. Sehingga perlu sosialisasi masif guna mencegah. Kota berkejaran dengan korban yang sampai saat ini terus bertambah.

Kita berharap Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, KPU, Bawaslu, KPAI, Kemendagri, Kominfo, Kemenkes, Kapolri dapat memberi solusi, memastikan keselamatan anak anak dalam Pemilu Serentak dan Pilkada Serentak 2024

Salam Prihatin Anak Indonesia,

Jasra Putra
CP. 0821 12193515